True and Untrue : Post-black metal

post-black metal bukan saja sebuah jenis musik yang memainkan black metal dengan post-rock / shoegaze, deskripsi mengenai genre ini sangatlah minim. Menurut pandangan saya pribadi, post-black metal adalah sebuah era baru dari musik black metal dengan komposisi  yang lebih kreatif, tanpa batas, serta lebih “menepi” dari subkultur musik black metal (maksud menepi disini adalah berlawanan dengan konsep black metal eropa, sama saja halnya dengan Bvrtan yang mengangkat tema agrikulutura) dan menjadikan musik ini lebih ideal bagi para penikmat semua jenis musik. Ini bukanlah band semacam Bathory atau True Norwegian Black Metal lainnya, melainkan sebuah perjalanan panjang tanpa batas yang menciptakan sebuah generasi baru bagi musik black metal. Sedikit (bahkan tidak ada) blast beat, tremolo picking, atau demonic vokal

deafheaven.jpg

1. Wolves in the Throne Room

Progressive black metal atau cascadian black metal? bisa saja itu terjadi pada band ini. dengan tampilan tua, bahkan bertolak belakang dengan black metal yang tidak berdandan corpse paint serta tidak terlalu melambangkan satanisme, band ini mengangkat tema traditional topics yang dibalut dengan scandinavian black metal, dan dapat dikatakan band ini yang terdepan dalam era baru black metal.

2. Alcest

setelah beberapa tahun kemunculan Wolves in the Throne Room mengenai konsep black metal yang baru, terjadi perdebatan di media mengenai keaslian musik tersebut. Namun, jika anda mendengarkan album Souvenirs D’Un Autre Monde miliknya Alcest, anda akan berpendapat yang sama : berkonsepkan black metal tetapi kedengaran bukan black metal, dapat dikatakan lagu yang diciptakan lebih mengarah kepada shoegaze daripada black metal. Di album Souvenirs D’Un Autre Monde, mereka  memainkan tremolo picking, namun di bawah irama shoegaze. Membingungkan bukan??

3. Altar of Plagues

Kemunculan band asal Irlandia ini banyak menimbulkan reaksi positif namun tak sedikit juga komentar negatif. Banyak yang mengatakan mereka lebih condong ke atmospheric black metal, dan Altar of Plagues menjawabnya dengan musik yang lebih dalam dan pekat daripada lagu sebelumnya. Kehadiran album Mammal pada tahun 2011, membuat musik post-black metal mendapatkan tempat di scene underground.

4. Anaal Nathrakh

ketika saya mendengar kata “blackcore” yang pertama kali dibenak saya adalah black metal dan hardcore, namun lama-lama argumen itu hilang setelah saya mencoba mendengarkan lagu ini. irama grindcore sudah jelas terdengar di sepanjang lagu dan sudah menjadi ciri utama musik grindcore, yaitu harsh dan berisik. Post-black metal tidak melulu memainkan black metal dengan post-rock, shoegaze, jazz, atau acoustic, melainkan juga dapat dimainkan dengan grindcore, noise, industrial dan well… terserah anda akan memadukannya dengan musik jenis apa.

“we don’t play black metal, or, more accurately, we play black metal on our own terms, for our own reasons and i believe some people really disappointed who meet us”

begitulah menurut frontman dari Wolves in the Throne Room, Aaron Weaver. musik ini tidak perlu inspirasi dari Burzum, Bathory, Darkthrone atau band Black metal gelombang kedua, mereka mempunyai cara tersendiri untuk menemukan konsep dan ideologi yang akan mereka pakai. Nyatanya, band semacam post-black metal jelas menjungkir balikkan “peraturan” black metal, mereka memainkan musik black metal yang tidak terdengar selayaknya black metal dan juga mereka tidak sepenuhnya mendeskripsikan dirinya bukan black metal, ini hanyalah masalah kreativitas tanpa batas yang diciptakan seorang musisi untuk kedepannya. ini hanyalah sebuah jenis musik yang sensasional dengan menimbulkan kontroversi yang mengeskplor habis musik black metal dan tidak sekedar mengarah ke “progressive”

sumber : http://thequietus.com/articles/08463-post-black-metal-liturgy-leviathan-alcest (artikel ini belum sepenuhnya selesai dan masih ada beberapa ide untuk lebih mengetahui apa itu post-black metal)

Tinggalkan komentar